Pakaian Adat Jawa Tengah, Warisan Budaya Penuh Makna

Pakaian Adat Jawa Tengah – Dari segi geografis, bisa dikatakan jika Jawa Tengah adalah pusat dari Pulau Jawa –karena letaknya di bagian tengah pulau tersebut. Oleh karenanya, bisa dikatakan jika Jawa Tengah memiliki pengaruh untuk daerah di sekitarnya, termasuk untuk hal yang berkaitan dengan budaya masyarakat, salah satunya adalah terkait baju adat.

Hal ini bisa dilihat secara sekilas jika baju adat yang ada di Jawa Tengah memiliki kemiripan dengan ragam pakaian adat Jawa yang berada di wilayah lainnya. Oleh karenanya, agaknya menarik untuk membahas baju adat Jawa Tengah dengan lebih dalam, terutama untuk mengetahui lebih detail salah satu warisan budaya ini yang penuh dengan makna.

Bisa dikatakan jika hingga saat ini, masyarakat di Jawa Tengah termasuk salah satu masyarakat yang masih memegang erat budaya mereka. Banyak ditemukan masyarakat yang mengenakan baju adat tidak hanya pada upacara tertentu, tetapi juga kegiatan lainnya.

Nah, pada kesempatan ini akan dibahas tentang ragam baju adat Jawa Tengah yang perlu diketahui. Simak ulasan selengkapnya.

Contents

Ragam Baju Adat Jawa Tengah

Berbincang tentang baju adat Jawa Tengah, ada beragam variasi bagian yang cukup banyak dan masing-masing memiliki makna serta nilai filosofis yang berbeda. Adapun beberapa variasi dari baju adat Jawa Tengah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

Batik Jawa Tengah

Batik Jawa Tengah
Batik Jawa Tengah-regional.kompas.com

Bisa dikatakan jika batik adalah salah satu ciri khas dari baju adat Jawa Tengah. Meskipun, sebenarnya, batik juga tidak hanya ada di Jawa Tengah saja.

Dalam catatan sejarah, batik sudah digunakan dalam kurun waktu yang sangat lama. Salah satu bukti sejarah memaparkan jika perdagangan batik sudah ada di Solo sejak tahun 1568. Oleh karenanya, wajar jika kemudian batik menjadi bagian dari baju adat Jawa Tengah.

Hal yang menarik dari batik Jawa Tengah adalah adanya beragam motif dengan beragam makna yang berbeda. Misalnya, batik Sido Wirasat adalah jenis batik yang dikenakan pada acara pernikahan, terutama pada orang tua mempelai. Makna dari batik ini adalah agar orang tua bisa memberikan nasihat bagi pasangan yang menikah.

Selain itu, ada pula batik dengan motif Cakar Ayan. Jenis batik ini digunakan pada beberapa acara seperti siraman, mitoni dan lainnya. Motif pada jenis batik ini memiliki makna agar nantinya keluarga senantiasa rukun dan anak nantinya bisa mandiri dan membantu orang tua dengan baik.

Batik di Indonesia sangat beragam, ada yang digunakan sebagai baju, anak muda sekarang banyak yang memodifikasi kain batik menjadi rok yang lebih unik juga keren, ada juga yang dijadikan celana seperti pada pakaian adat betawi sebagai pelengkap baju sadarah.

Jawi Jangkap

Jawi Jangkap
jawijangkap-mamikos.com

Jawi Jangkap adalah baju adat Jawa Tengah resmi yang dikenakan oleh pria. Baju adat ini terdiri dari baju atasan yang dinamakan beskap di mana umumnya memiliki motif bunga. Selain itu, bawahan untuk baju ini adalah kain jarik dengan motif beragam yang dililitkan di pinggang untuk pemakaiannya.

Pelengkap lain dari baju adat Jawa Tengah ini adalah aksesoris yang cukup beragam. Adapun aksesoris yang dikenakan adalah blangkon yang digunakan sebagai penutup kepala, senjata tradisional berupa keris yang diselipkan di bagian punggung, selop untuk alas kaki, kalung bunga melati dan lainnya. Umumnya, Jawi Jangkap dikenakan pada saat pernikahan.

Dengan memakai blankon yang khas jawa tengah, akan terlihat lebih gagah. Sedangkan baju adat jawa timur ada yang menggunakan odheng sebagai penutup kepalanya. 

Kebaya Jawa Tengah

Kebaya Jawa Tengah
Kebaya Jawa Tengah-berita99.co

Secara umum, kebaya tidak hanya ditemukan di Jawa Tengah. Beberapa daerah lain juga memiliki pakaian adat kebaya dengan detail yang berbeda.

Di Jawa Tengah, kebaya umumnya dikenakan oleh wanita di acara pernikahan. Meskipun, baju adat ini juga bisa saja dikenakan untuk acara lain bahkan untuk keseharian. Hanya saja, bahan yang digunakan cenderung berbeda.

Kebaya yang dikenakan dalam pernikahan umumnya dibuat dari bahan kain beludru yang cukup tebal dan kaku dengan warna hitam. Selain itu, kebaya untuk acara lain umumnya dibuat dengan bahan sutra brokat, serta kain katun untuk kebaya yang digunakan sehari-hari.

Jika dikenakan secara lengkap, kebaya tersebut akan dilengkapi dengan beberapa jenis pakaian adat lainnya, seperti kemben untuk menutupi bagian dada, setagen untuk mengencangkan pinggang dan perut. Juga, ada kain jarik dengan motif beragam yang dikenakan sebagai bawahan.

Selain itu, ada beberapa aksesoris yang akan dikenakan, terutama perhiasan untuk mempercantik penampilan wanita Jawa Tengah. Beberapa perhiasan yang kerap ditambahkan diantaranya adalah kalung, cincin, gelang dan juga subang.

Kanigaran

Kanigaran
Kanigaran-er.id

Kanigaran termasuk pakaian khusus dalam adat Jawa Tengah. Pada zaman dulu, baju adat ini hanya bisa dikenakan oleh para pemimpin dan raja saja. Namun, saat ini, baju adat ini terkadang dikenakan dalam sebuah upacara pernikahan.

Salah satu ciri khas dari Kanigaran yang banyak dikenakan pria adalah adanya penggunaan singkok yang memanjang ke atas. Baju ini terdiri dari atasan yang dibuat dengan kain beludru dengan warna gelap dan memiliki efek mengkilap sehingga memberikan kesan yang sangat elegan.

Sedangkan untuk bawahan, dikenakan kain dengan nama dodotan atau kampuh. Kain ini berbeda dari jenis kain jarik biasa karena cenderung lebih berwarna. Juga, dodotan dikenakan bukan hanya dengan cara dililitkan pada pinggang, tetapi juga disampirkan ke lengan.

Pakaian adat jawa tengah memiliki kesamaan dengan pakaian adat Jawa Timur, pakaian ini juga digunakan ketika ada acara pernikahan. 

Surjan

Surjan
Surjan-kabarno.com

Selain Kanigaran, dulunya Surjan juga merupakan pakaian adat yang dikenakan hanya bagi anggota kerajaan saja, terutama bangsawan. Namun, saat ini, penggunaan surjan cenderung lebih bebas dan bisa dikenakan oleh siapa saja.

Sekilas, Surjan memiliki kemiripan dengan beskap. Hanya saja, surjan memiliki variasi warna yang bisa dikatakan lebih beragam dan lebih meriah. Bahkan, saat ini, surjan dibuat dengan beberapa motif yang berbeda, seperti bunga ataupun lurik. Hal ini membuat surjan lebih menarik, terutama untuk generasi muda.

Beskap

Baju Beskap
Baju Beskap-perpustakaan.id

Baju adat lain dari Jawa Tengah yang hingga kini masih lestari adalah beskap. Sebenarnya, beskap adalah bagian dari baju adat Jawi Jangkap. Namun, bisa saja beskap dikenakan secara tersendiri dan terpisah.

Pada umumnya, beskap dibuat dengan warna utama polos ataupun hitam. Selain itu, beskap dibuat dengan desain kerah tanpa lipatan. Detail ini melambangkan sebuah kesederhanaan dari pemakai.

Hal menarik lain dari beskap adalah potongan depan yang cenderung tidak simetris dan miring. Potongan beskap ini memang disengaja karena nantinya beskap akan dilengkapi dengan senjata berupa keris yang dipasang di bagian belakang.

Jarik

Jarik
Jarik-beutynesia.id

Seperti yang dibahas sebelumnya, jarik adalah bawahan yang kerap dikenakan untuk melengkapi baju adat Jawa Tengah dalam berbagai penggunaan yang berbeda. Namun, pada zaman dulu, jarik memiliki fungsi yang lebih umum sebagai baju alternatif untuk masyarakat.

Selain itu, pada zaman dulu, jarik tidak hanya dikenakan oleh wanita saja, melainkan juga pria. Hanya saja, saat ini, jarik cenderung identik dengan wanita dan juga hadir dengan motif yang cenderung lebih beragam.

Demikian beberapa ulasan terkait pakaian adat Jawa Tengah dengan beragam variasi yang perlu diketahui. Tentu, baju adat adalah salah satu warisan budaya yang tidak hanya menampilkan ciri khas, juga memuat makna yang bisa menjadi pelajaran dalam menghadapi kehidupan. Oleh karenanya, melestarikan baju adat adalah hal yang kini harus dilakukan.

Jika masih ingin mencari referensi tentang pakaian adat, di website ini masih ada beberapa artikel mengena pakaian adat, contoh pakaian adat Sunda, pakaian adat jawa timur, pakaian adat betawi, dan lain lain. Silahkan kunjungi ya, terima kasih. 

“Pakaian bagaikan kulit kedua sehingga gaya berbusana mampu mencerminkan kepribadian penggunanya” -Anne Avantie-

Leave a Comment